Urat nadi kehidupan kami tengah sekarat. Ia bersumber dari kaki gunung rimba perawan, mengalir melingkar di celah kaki bukit, meliuk di antara batu belah, melewati kelokan demi kelokan, melintasi kampung kami, menyuburkan kebun dan ladang. Ia melaju mengalir sampai ke muara. Di tempat kami, ia andalan warga dalam meniti hari mencari penghidupan. Ia bagian masa kecilku yang tak terlupakan.
Aku masih ingat, di bantaran sungai itu dulu ketika di kedu...